RESENSI

No Image

Film Biopik sebagai Alternatif Pembelajaran

Success is never final, failure is never fatal. Diskusi mengenai siapa yang berhak atas kutipan tersebut barangkali masih akan terus menjadi pertanyaan. Namun entah itu Winston Churchill ataupun George F. Tilton, ungkapan Success is never final, failure is never fatal ini bisa sangat relevan dengan kehidupan Temple Grandin, atau barangkali salah satu petikan penting yang bisa kita ambil dari perjuangan hidupnya.

Kehidupan dan perjuangan Temple Grandin, seorang professor ilmu hewan, konsultan, dan juga dikenal sebagai juru bicara mengenai autisme ini dimuat dalam film biografi yang dirilis pada tahun 2010.

Temple Grandin (2010) adalah salah satu film biopik yang akan membantu kita memahami autisme, konsep belajar, dan terutama memahami anak-anak yang mempunyai kecenderungan visual thinker. Film ini disutradari oleh Mick Jackson dan telah berhasil meraih beragam penghargaan.

Film bermula ketika Grandin didiagnosa memiliki autisme sejak Ia berusia dua tahun. Ia kemudian menyadari bahwa dirinya memiliki kecenderungan berpikir yang cukup berbeda dari teman-temannya ketika sudah beranjak remaja. Grandin berpikir dengan gambar (visual) hal ini membuatnya optimal dalam detail, sains, namun cukup keteteran dalam aspek sosial.

Salah satu sosok yang berpengaruh dalam kehidupan Grandin-tentunya setelah ibunya, adalah Dr. Carlock, guru sains yang memahami cara berpikir dan menjadi mentor sekaligus teman yang menginspirasi Grandin untuk terus berusaha, membuktikan analisa, dan mendorong Grandin untuk memanfaatkan kecermatan berpikirnya ke dalam kehidupan sosial.

Menonton kisah Temple Grandin dalam durasi 1 jam 47 menit ini tak ubahnya seperti menikmati perjalanan penuh petualangan dan makna. Kita akan melihat bagaimana seseorang, sebagai individu yang memiliki kemampuan hebat, namun disatu sisi juga mengalami kendala dalam komunikasi verbal, sensori-yang kemudian membuatnya merasa teralienasi dalam lingkup sosial, dapat melalui satu persatu tantangan. Grandin, dalam kehidupannya, membuka satu persatu pintu yang Ia yakini akan membawanya pada kemungkinan-kemungkinan, pengetahuan, dan (tentu) tantangan lainnya.

Belajar dari medium seperti film biografi/biopik seperti Temple Grandin ini, adalah salah satu alternatif pembelajaran menarik, terutama dalam konsep memaknai storytelling, merasakan emosi melalui kisah orang lain, melatih kecakapan dalam kemampuan self-reflection, dan juga meningkatkan empati.

Tentu makna dan hal-hal menarik dari film akan sangat beragam bagi setiap orang, tergantung dari perspektif mana kita ingin menilainya. Untuk itu, sangat penting untuk membiasakan siswa menceritakan pengalaman menonton mereka, menanyakan hal menarik yang mereka dapati dari film, dan meminta tanggapan mereka terhadap karakter/kisah yang telah mereka saksikan. Temple Grandin (2010) dapat menjadi opsi yang tepat, selamat mencoba :)

Related Posts

Comments

Twitter

E-Magz