RESENSI

No Image
Penulis: ariyanti Tag: buku, Tanggal: 30 Nov 2016

Guru Menulis untuk Keabadian dan Pengabdian

Judul buku      : Guru Kreatif di Zaman Digital

Penulis             : Anita Kusmira dkk.

Penerbit           : Peniti Media Publishing

Cetakan           : Pertama, Januari 2016

 

Writing is an act of hope. Sebagai manusia, kita memiliki ketakutan. Tetapi, penulis tidak boleh menyerah terhadap hal itu. Lewat karyanya, penulis harus bisa menawarkan harapan.” (Windry Ramadhina)

Adalah Teacher Writing Camp (TWC), sebuah kegiatan yang digagas oleh komunitas sejuta guru nge-blog ini menerbitkan buku bertajuk “Guru Kreatif di Zaman Digital”. Seperti namanya, TWC merupakan sebuah acara pelatihan menulis untuk guru di Seluruh Indonesia dengan semangat one blog one teacher.

Wijaya Kusumah, salah seorang penggagas mengatakan bahwa one blog one teacher akan dapat berubah menjadi one teacher one book bila kawan guru terus menerus berlatih menulis di blog pribadinya. Karena  blog, menurut Wijaya Kusumah adalah alat rekam yang ajaib, keajaiban tersebut akan terlihat seiring lamanya kita menulis di blog.

Maka layaknya sebuah blog, buku Guru Kreatif di Zaman Digital ini disusun dan disajikan dengan 20 ragam tulisan oleh pengajar dan pendidik dari berbagai daerah. Cerita-cerita dan ide yang dirangkum di dalam buku ini menawarkan sebuah harapan baru bagi tenaga pengajar. Bahwa mereka (para guru) harusnya mampu berubah dari yang awalnya hanya konsumen internet hingga menjadi produsen konten.

Dua puluh tulisan yang ditulis oleh dua puluh pengajar dari berbagai daerah ini tidak melulu membahas pendidikan, Anita Kusmira sebagai pembuka tulisan menceritakan pengalaman hidupnya sebelum menjadi pengajar. Ia memberikan bukti bagaimana jatuh bangunnya kehidupan hingga bertahan dan mengambil hikmah dari segala kejadian. Bagi diri sendiri, Anita mendapatkan hikmah dan pelajaran, namun ketika ia menuliskan cerita tersebut, ia juga mampu memberikan inspirasi bagi siapapun yang (mungkin) pernah mengalami fase yang sama.

Ada lagi Samsul Ma’arif yang menceritakan bagaimana hobinya menonton film dapat mempengaruhi cara mengajarnya. "Ketika pembelajaran di kelas, saya sering sekali menggunakan contoh aplikatif dengan beberapa scene film. Murid-murid saya yang notabene adalah remaja akan langsung klop dengan apa yang saya sampaikan.” (hal;55)

Seorang guru di zaman digital, seperti tema di dalam buku ini memang memiliki tuntutan dan tantangan lebih. Berapa banyak guru yang mampu memanfaatkan jejaring sosialnya untuk tujuan edukatif dan inspiratif? Seberapa mampu guru ikut mengaplikasikan perkembangan teknologi agar mendorong kegiatan-kegiatan produktif dengan internet? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menurut TWC sangat perlu diberi perhatian lebih.

Profesi guru bukan saja sekedar pekerjaan, melainkan sebuah dedikasi. Guru adalah panutan, seorang guru tidak pernah berhenti perannya setelah kegiatan di ruang kelas, sehingga sangat disayangkan bila di jejaring sosial, seorang murid menemukan akun milik gurunya malah menulis sesuatu yang pesimis atau bahkan negatif.

Terbitnya Guru Kreatif di Zaman Digital, diharapkan mampu mengokohkan pondasi para guru kreatif. Karena dengan memanfaatkan internet, seorang guru dapat menjadi penulis yang memberikan banyak manfaat bagi pembacanya. Seperti tulisan Wijaya Kusumah di dalam sebuah pengantar buku ini, “Siapa yang kreatif tidak hanya mampu menemukan solusi tapi juga mampu menginspirasi peserta didiknya.” (hal: xi) Sedangkan menurut Seno Gumira Ajidarma, menulis adalah suatu cara untuk berkata dan menyapa. Serta suatu cara yang dapat menyentuh orang lain yang entah dimana. Menurut Seno, dengan menulislah maka kreativitas seseorang dapat ditimbang-timbang.

(Ariyanti)

 

Related Posts

Comments

Twitter

E-Magz